Pusat pembangkit listrik biasanya
terletak jauh dari pemukiman atau pelanggan sehingga listrik yang
dihasilkan pusat pembangkit listrik perlu ditransmisikan dengan jarak
yang cukup jauh.
Beda potensial keluaran dari pembangkit
yakni sebesar 16 KV. Jika beda potensial yang hanya sebesar 16KV
langsung ditransmisikan, daya dan energi yang dihasilkan pembangkit akan
berkurang bahkan hilang di sepanjang jaringan transmisi. Dengan tujuan
agar tidak kehilangan daya dan energi, maka voltase pada jaringan
transmisi harus jauh lebih besar dari voltase keluaran pembangkit
(dengan tegangan tinggi). Transmisi listrik jarak jauh dilakukan dengan
menggunakan tegangan tinggi, dengan alasan sebagai berikut:
- Bila tegangan dibuat tinggi maka arus listriknya menjadi kecil.
- Dengan arus listrik yang kecil maka energi yang hilang pada kawat transmisi (energi disipasi) juga kecil.
- Juga dengan arus kecil cukup digunakan kawat berpenampang relatif lebih kecil, sehingga lebih ekonomis.
W = energi listrik (joule)
I = kuat arus listrik (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu
P = daya listrik (watt)
I = kuat arus listrik (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu
P = daya listrik (watt)
Dengan berbagai pertimbangan di atas,
maka tegangan di pembangkit terlebih dahulu dinaikkan menggunakan
transformator (trafo) step up. Tegangan listrik pembangkit yang semula
sebesar 16 KV dinaikkan menggunakan trafo step up menjadi 500 KV. Itulah
mengapa kabel-kabel listrik di atas rumah kita bertegangan tinggi.
Listrik yang telah sampai di transformator (trafo) step down akan
mengalami penurunan tegangan dengan tujuan agar listrik tersebut dapat
digunakan oleh peralatan elektronik tanpa merusak komponennya akibat
tegangan tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar